SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG PARA PEMERHATI KESEHATAN JUGA PARA RAJA SERTA PARA PEMBACA SEMUA DI SITUS INI SEMUA UNTUK MENDAPATKAN KENIKMATAN SURGA KURNIANDIKO YANG BAIK DAN LANGGENG TERUS TIADA BERKURANG CITRA RASANYA

Kamis, 03 April 2014

Penggemar Daging Waspadai Stroke

Penggemar Daging Waspadai Stroke

Penulis : Lusia Kus Anna | Jumat, 13 Januari 2012 | 11:32 WIB
Dibaca: -
Komentar: -
|
Share:
Shutterstock
Ilustrasi
KOMPAS.com — Pola makan tinggi protein untuk tujuan tertentu memang menyehatkan, tetapi sebenarnya itu tergantung pada jenis protein yang dikonsumsi. Studi terbaru menunjukkan, pola makan yang tinggi daging merah meningkatkan risiko serangan stroke.

"Yang harus diketahui adalah jenis protein atau paket protein sangat penting untuk meningkatkan risiko stroke. Karena itu, harus diperhatikan protein dalam konteks makanan," kata Dr Frank Hu, profesor dari Harvard School of Public Health.

Hu dan timnya mengumpulkan dari dua survei kesehatan yang melacak pola makan 10.000 orang sejak mereka berusia pertengahan tahun sampai usia lanjut. Selama lebih dari 20 tahun studi ini, hampir 1.400 pria dan lebih dari 2.600 wanita terserang stroke.

Serangan stroke tersebut disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah sehingga aliran darah ke otak terhenti. Stroke tercatat sebagai penyebab kematian terbesar ketiga di Amerika Serikat.

Untuk mengetahui pengaruh jenis-jenis protein pada risiko stroke, para peneliti membagi responden penelitian berdasarkan seberapa sering mereka mengasup daging merah, daging unggas, ikan, produk susu, dan sumber protein lain yang lazim dikonsumsi setiap hari.

Pria yang mengasup dua atau lebih sajian daging merah setiap hari, atau termasuk dalam kelompok penggemar daging merah, risikonya terkena stroke meningkat 28 persen dibandingkan dengan orang yang hanya makan daging sepertiganya. Satu sajian daging merah setara dengan 4-6 ons daging.

Sementara itu, wanita yang setiap harinya makan dua sajian daging merah risikonya terkena stroke 19 persen lebih tinggi dibanding yang makan daging lebih sedikit. Peningkatan risiko sampai dengan 19 persen setara dengan 31 orang dari 1.000 orang yang menderita stroke.

Para peneliti juga menganalisis apakah ada perubahan risiko stroke jika jenis proteinnya diganti. Bila proteinnya adalah daging unggas, akan terjadi penurunan risiko sampai 27 persen. Sementara jika diganti dengan kacang-kacangan atau ikan, risikonya turun 17 persen, dan risikonya turun sampai 11 persen jika kebutuhan protein dipenuhi dari produk susu.

Menurut Dr Adam Bernstein, ketua peneliti, kaitan antara daging merah dan penyakit sudah lama diteliti. "Kaitannya bisa dilihat pada penyakit diabetes dan jantung koroner," katanya.

Mitos Seputar Daging Kambing

BLOG EXPERTS KOMPASIANA / ARTIKEL

Dr. Ari F. Syam Sp.Pd


Mitos Seputar Daging Kambing

Penulis : Dr. Ari F. Syam Sp.Pd | Minggu, 13 Oktober 2013 | 21:39 WIB
Dibaca: 19356
Komentar: 0
|
Share:
BANGO
Sate Kambing

KOMPAS.com -
Beberapa hari lagi kita akan berhari raya Kurban. Di hari raya Idul Adha ini, sebagian masyarakat akan menikmati makanan yang mengandung daging kambing atau daging sapi. Jika ingat daging kambing, saya ingat  beberapa mitos yang sangat diyakini masyarakat kebenarannya.

Mitos pertama, masyarakat yang kebetulan diketahui tekanan darahnya rendah atau hipotensi (tensi < atau = 90/60) akhirnya meningkatkan konsumsi daging kambing agar tensinya naik. Tekanan darah rendah dapat disebabkan oleh berbagai hal.  Bisa karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi karena berbagai sebab, kelelahan atau kurang tidur. Tensi yang rendah juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung baik karena kelainan katup atau serangan jantung bahka gagal jantung.

Tetapi pada sebagian masyarakat tanpa melihat kenapa tensinya rendah langsung mengkonsumsi daging kambing secara berlebihan. Kalau tensi turun karena gangguan jantung, mengkonsumsi daging kambing yang berlebihan justru akan fatal dan memperburuk keadaan.

Dampak langsung akibat mengkonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit. Kalau kebetulan mempunyai penyakit GERD (penyakit dimana asam atau isi lambung balik arah ke atas), maka GERDnya akan bertambah parah setelah menkonsumsi daging kambing berlebihan. Belum lagi efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah.

Mitos kedua yang juga beredar di tengah masyarakat adalah bahwa “torpedo” atau testis kambing akan meningkatkan gairah seksual atau sate kambing setengah matang meningkatkan gairah seksual. Ternyata, hal inipun tidak sepenuhnya benar.
Memang testis kambing banyak mengandung testosteron yang dapat meningkatkan gairah seksual. Tetap sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan.

Daging kambing, sama halnya daging merah lain seperti daging sapi mengandung lemak yang tinggi. Lemak hewani biasanya mengandung lemak jenuh. Lemak jenuh ini banyak mengandung LDL lemak jahat yang bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah kita.

Selain lemak, daging kambing juga mengandung protein hewani. Protein kita butuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan sebagai zat pembangun.

Daging kambing termasuk juga daging sapi yang akan menjadi santapan utama Hari Raya Kurban mengandung zat gizi yang memang kita butuhkan tetapi kalau jumlahnya berlebihan akan mengganggu kesehatan kita. Dan jangan lupa imbangi banyak makan buah dan sayur untuk mengurangi efek samping dari makan daging berlebihan.

Salam sehat, selamat makan daging kurban dan tetap sehat.